Ketika aku membuka mata hari sudah pagi dan aku mendengar sesosok orang yang sangat kucintai disampingku sambil merintih kesakitan.
"ibu,
kenapa? Masih sakit? Sambil mengucek mata dan berusaha bangkit dari tempat
tidur. "ibu masih sakit ka, ibu lemes,” Muka ibu pucat sekali. “ Ka anter
ibu ke dokter sekarang yah,”. "iya
bu" kataku sambil bergegas bangun untuk membereskan rumah.
Cucian
sudahku rendam, sarapan telah ku siapkan. Tiba-tiba terdenar suara ibu
memanggilku lemas karena tak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Segera aku berangkat
mengantar ibu ke rumah sakit. Untungnya uts hari ini dapat jam sore jadi aku
bisa mengantar ibu. Telah siap berpakaian, mengambil kunci motor, dan bergegas
menuju stasiun, setelah sampai akan ku titipikan di parkiran kemudian mencari
angkot agar lebih mudah menuju rumah sakit tersebut. Aku dan ibu menaiki
angkot, disepanjang perjalanan difikiranku hanya tertuju pada ibu.
Akhirnya
sampai, turun dari angkot kita terus berjalan, aku harap rumah sakitnya tidak terlalu
jauh. Aku dan ibu terus mencari rumah
sakit itu, karena ibu sudah lemas tak kuat lagi berjalan, bertanya lebih baik
dari pada tersesat dan terlewat rumah sakitnya. Dan ternyata benar aku dan ibu
berjalan sudah cukup jauh dari rumah sakit itu. kita berbalik arah dan berjalan
terus ke rumah sakit itu dan kita menemukannya. “ Alhamdulillah,” ucapku sambil
berjalan menggandeng ibu masuk ke dalam rumah sakit itu.
“
selamat pagi bu, ada yang bisa kami bantu?” “ iya mba, ibu saya ingin berobat.”
“
okay isi dulu formulirnya yah, mba ,” senyum ramah ucapannya. “ iya”. Ucapku singkat.
Resepsionist menyuruh kita duduk untuk menunggu antrian. Selama menunggu
antrian, terlihat sekali wajah ibu semakin pucat. Rasa gelisah, khawatir,
sedih, semua yang kurasakan saat itu. Hampir satu jam menunggu tapi belum
dipanggil juga.
Beberapa
kemudian nama ibu di panggil suster. Di tanya keluhannya apa, dari kapan, dan
ditensi darah. Setelah itu ibu disuruh menunggu lagi. Sabar sekali kita menunggu
tak sabar ingin bertemu dokter untuk memeriksa ibuku. 15 mnit berlalu nama ibu
di panggil lagi untuk bertemu dokter. Berjalan perlahan-lahan sambil menggandeng
ibu menuju ruang dokter.
Aku
hanya menunggu diluar ruangan saja, tetapi suster menyuruhku untuk masuk
menemani ibu. Aku sangka tidak boleh
ikut setelah berada didalam ruangan, perasaanku bercampur aduk dan hanya berdoa
semoga tidak terjadi apa-apa dengan ibuku. Dokter sudah mengajukan pertanyaan
ke ibu.
"
Ibu sudah berapa lama merasa sakit seperti ini ?,”
“hampir
tiga mingguan dok darah saya tak
brhnti dok" . Wajah cemas ibu sangat trlihat olehku. Aku hanya berdiam
diri disamping ibu. Dokter itu segera memeriksa ibu, "sekarang ibu berbaring
yah", suster mempersiapkan
alat-alat untuk meronsen ibu dan mengoleskan gel-gel ditubuh ibu. Dokter mulai
meronsen tubuh ibu namun sulit sekali terlihat karena kurangnya air mineral
dalam tubuh ibu. Akhirnya dokter memberi pilihan untuk skanning agar terlihat
hasilnya. Saat dokter memeriksa ibu, hatiku
sangat tak karuan melihat ibu seperti itu lemas berbaring. Saat pemeriksaan
selesai. Kemudian dokter bertanya kepadaku.
“
kamu anaknya yah ?,” “ iya dok,” jawabku dengan spontan.
“
dhe, saya mendiagnosa kalau ibumu terkena penyakit kanker serviks,” ucapnya
yang membuat tubuhku bergetar, jantungku berdegup kencang, air mata membasahi
pipi.
“
Ya allah, tak sanggup aku mendengar semua itu, sakit sekali hati ini mendengar
ucapannya, Lindungilah ibuku ya allah, “ doaku dalam hati. Tak bisa berkata
apapun, hanya berdiri mematung dan menatap ibu sambil menahan air mata agar tak
terjatuh depan ibu.
“
Dok, apa yang saya lakukan,” sambil gemetar tubuh ibu berbicara kepada dokter.
“
Ibu harus kerumah sakit yang lebih besar karena disini belum bisa menanganinya,
saya akan rujukan ibu ke rumah sakit tersebut yah”. Ibu hanya menganggukan kepala dan mengambil resep
dari dokter. Keluar dari ruangan, ingin sekali ku berteriak “ Ya allah kenapa
ini bisa terjadi kepada ibuku, Kuatkanlah ibuku,” semakin pecah tangisku tetapi
tak boleh terlihat oleh ibu.
Ibu
kembali duduk terlihat lemas saat mengetahui diagnosa dokter. Aku menebus obat
kemudian membayarnya dikasir, kemudian pulang. Di perjalanan aku melihat wajah
ibu lemas , pucat terlihat sekali kalau fikiran dan hati ibu tidak tenang. Aku bisa
merasakan semua yang ibu rasakan saat
ini. Semoga diagnosa itu salah, aku sangat yakin .
0 comments:
Posting Komentar