Rabu, 16 November 2011

Laporan Akhir Lab.Ket Komputer Dasar

http://anissamui.blogspot.com/2010/01/film-edukasi-nasional.html

Meski belum sempat nonton film sang pemimpi tapi sudah terbersit sebuah pemahaman bahwa film ini memiliki unsur edukasi,edukasi pertama adalah goalsetting. Goalsetting adalah menetapkan sebuah target,harapan dan keinginan yang berupaya untuk diwujudkan. Sang pemimpi menceritakan keinginan seorang anak untuk menempuh pendidikan tertinggi.

Edukasi kedua adalah respon sosial,ketika arai dan ikal membantu seorang janda membuka sebuah usaha,dengan membuka usaha maka janda tersebut akan mendapatkan penghasilan yang tetap. Edukasi ke 3 adalah semangat,pendidikan membutuhkan sebuah semangat tinggi untuk menyelesaikannya.

Edukasi ke 4 adalah fokus pada tujuan,kuatnya tekad,besarnya impian yang dikristalisasi dengan aksi membuat arai dan ikal menggapai impian mereka.

Jika saja film2 edukasi seperti ini membanjiri pasar maka opini publik akan terbentuk dan ada satu keinginan untuk mewujudkan keinginan mereka,saatnya kita bangkitkan semangat generasi muda melalui film,buku,blog,novel dll.



sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter

Film dokumenter

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.
Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

Daftar isi

Dokudrama

Pada perkembangannya, muncul sebuah istilah baru yakni Dokudrama. Dokudrama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi.

Dokumenter Modern

Para analis Box Office telah mencatat bahwa genre film ini telah menjadi semakin sukses di bioskop-bioskop melalui film-film seperti Super Size Me, March of the Penguins dan An Inconvenient Truth. Bila dibandingkan dengan film-film naratif dramatik, film dokumenter biasanya dibuat dengan anggaran yang jauh lebih murah. Hal ini cukup menarik bagi perusahaan-perusahaan film sebab hanya dengan rilis bioskop yang terbatas dapat menghasilkan laba yang cukup besar.
Perkembangan film dokumenter cukup pesat semenjak era cinema verité. Film-film termasyhur seperti The Thin Blue Line karya Errol Morris stylized re-enactments, dan karya Michael Moore: Roger & Me menempatkan kontrol sutradara yang jauh lebih interpretatif. Pada kenyataannya, sukses komersial dari dokumenter-dokumenter tersebut barangkali disebabkan oleh pergeseran gaya naratif dalam dokumenter. Hal ini menimbulkan perdebatan apakah film seperti ini dapat benar-benar disebut sebagai film dokumenter; kritikus kadang menyebut film-film semacam ini sebagai mondo films atau docu-ganda.[1] Bagaimanapun juga, manipulasi penyutradaraan pada subyek-subyek dokumenter telah ada sejak era Flaherty, dan menjadi semacam endemik pada genrenya.
Kesuksesan mutakhir pada genre dokumenter, dan kemunculannya pada keping-keping DVD, telah membuat film dokumenter menangguk keuntungan finansial meski tanpa rilis di bioskop. Meski begitu pendanaan film dokumenter tetap eksklusif, dan sepanjang dasawarsa lalu telah muncul peluang-peluang eksibisi terbesar dari pasar penyiaran. Ini yang membuat para sineas dokumenter tertarik untuk mempertahankan gaya mereka, dan turut memengaruhi para pengusaha penyiaran yang telah menjadi donatur terbesar mereka.[2]
Dokumenter modern saling tumpang tindih dengan program-program televisi, dengan kemunculan reality show yang sering dianggap sebagai dokumenter namun pada kenyataannya kerap merupakan kisah-kisah fiktif. Juga bermunculan produksi dokumenter the making-of yang menyajikan proses produksi suatu Film atau video game. Dokumenter yang dibuat dengan tujuan promosi ini lebih dekat kepada iklan daripada dokumenter klasik.
Kamera video digital modern yang ringan dan editing terkomputerisasi telah memberi sumbangan besar pada para sineas dokumenter, sebanding dengan murahnya harga peralatan. Film pertama yang dibuat dengan berbagai kemudahan fasilitas ini adalah dokumenter karya Martin Kunert dan Eric Manes: Voices of Iraq, dimana 150 buah kamera DV dikirim ke Iraq sepanjang perang dan dibagikan kepada warga Irak untuk merekam diri mereka sendiri.

Bentuk Dokumenter Lainnya

Film Kompilasi

Film kompilasi dicetuskan pada tahun 1927 oleh Esfir Shub dengan film berjudul The Fall of the Romanov Dynasty. Contoh-contoh berikutnya termasuk Point of Order (1964) yang disutradarai oleh Emile de Antonio mengenai pesan-pesan McCarthy dan The Atomic Cafe yang disusun dari footage-footage yang dibuat oleh pemerintah AS mengenai keamanan radiasi nuklir (misalnya, memberitahukan pada pasukan di suatu lokasi bahwa mereka tetap aman dari radiasi selama mereka menutup mata dan mulut mereka). Hampir mirip dengannya adalah dokumenter The Last Cigarette yang memadukan testimoni dari para eksekutif perusahaan-perusahaan tembakau di depan sidang parlemen AS yang mengkampanyekan keuntungan-keuntungan merokok.


sumber : http://wenikusuma.blogspot.com/2010/11/film-indonesia-berhiaskan-informasi.html

Kamis, 04 November 2010


Film Indonesia Berhiaskan Informasi Budaya dan Nilai Edukasi

Hey yaaa :)

Diantara kalian pasti pernah menyentuh bioskop... entah 21 (baca: twenty one), XXI (baca: X-X-One. bukan X-X-X), hingga Blitzmegaplex. Hampir setiap minggu-nya banyak film produksi dalam dan luar negeri bertengger. terkadang desain cover film sering menipu. kalau di Indonesia.. lets say.. genre film horor. cover desainnya sungguh mempesona & membuat saya bergidik...

tapi...tahukah kalian?? beberapa orang yang akhirnya mencicipi film horor itu, setelah keluar dari pintu bioskop bukan pasang muka serius... wajah mereka justru lebih tampak berseri dan di-iringi tawa. dalam hati gue,"ini lagi nayangin Opera Van Java yaa didalem??!" --_______--"
belakangan santer terdengar, ternyata sebagian besar film horor Indonesia memang banyak di bumbui adegan seks dan pornografi. OK! SKIP!

Film Indonesia yang masuk bioskop ternyata beragam. Mulai dari yang horor (plus pornografi) hingga yang benar - benar ber-edukasi. sekarang mari kita ulas... ada 3 film Indonesia yang masuk dalam kategori : Informasi (sosial,budaya,keluarga,dll) dan Edukasi.

here they are :

Pertama : PETUALANGAN SHERINA

Film ini bergenre drama-musikal atas besutan sutradara Riri Riza. Waktu nonton film ini, usia gue masih nginjek 11Tahun.. kira-kira waktu kelas 6SD. Jadi sudah lumayan lama juga... apalagi sekarang gue udah mau wisuda (ADA WEN?! Ada yang nanya??! hihihii)

Film ini secara sadar mengajarkan baik dan buruk. jangan terlalu polos menilai orang itu baik serta sebaliknya (bingung ya?! Selamat mikiir :)

Jadi sinopsisnya begini : Awalnya Sherina udah nge-"klik" banget sama temen-temennya di Jakarta. Ayah Sherina (diperankan sama Mathias Muchus) berencana pindah ke kota Bandung karena lahan pertanian disana masih sangat banyak dan dapat dikelola. hal ini memaksa mereka untuk hijrah dari Jakarta ke Bandung. Pertama pindah, Sherina bete dan nggak suka sama langkah sang ayah.. tapi hatinya lumer juga (inguuus kali ah - kenapa harus ingus?! es krim kek!. Red). Sherina mulai dekat dengan beberapa teman barunya disana. tapi tidak dengan sosok pria jagoan bernama Sadam (Derby Romero. Sekarang dia jadian sama Dinda Kanya Dewi. Nah cewe'nya Derby ini pemain sinetron cinta Fitri- hahahhaa makin nggak nyambung)... ok! intinya adalah : Film ini lebih mengisahkah persahabatan.

Scene favorit gue cuma 1 : adegan di Boscha. Dimana Sherina bisa turun dari jendela yang ada dilantai atas gedung Boscha dan dia berhasil turun pake tambang yang udah dia siapin dari rumah! jaman gue SD, itu tuh COOL banget! hahaha #norak ya gue?! BODO!

Pesan yang diantar dari film ini cukup sederhana : Berkawan itu harus dengan siapa saja.
Nilai edukasinya : Melalui nonton film ini, dulu gue langsung minta ke Boscha (gedung yg banyak teropong dan bisa melihat benda luar angkasa, especially bintang. Indah bukan?!). ini membuat anak seumuran gue saat itu nyaris membuat para orang tua bangkrut dan minta ganti rugi sama bioskop di seluruh tanah air. #lebay

Ini adalah album pengisi dalam film Petualangan Sherina. Semua dinyanyikan sama Sherina dan atas arahan dari Elfa Secioria.

Ke-dua : PEREMPUAN PUNYA CERITA

Empat cerita tentang berbagai masalah yang menyelimuti kehidupan wanita Indonesia, tergabung menjadi satu film. Gabungan empat film pendek, yaitu Cerita Pulau, Cerita Yogya, Cerita Cibinong, dan Cerita Jakarta. Film ini diperankan sama aktris hebat seperti : Rieke Diah Pitaloka, Sarah Sechan, Susan Bachtiar, dll.

Gue nonton film ini waktu tahun 2008 setelah kelar event Jiffest (Jakarta Internasional Film Festival, at Blitzmegaplex). Film ini di dedikasikan untuk perempuan. penting banget.

Informasi budaya-nya terang aja banyak banget. which is, lokasi syuting berada ditempat yang berbeda dipelosok Indonesia. Mulai dari Jogjakarta, Cibinong, hingga di Jakarta. tentunya ini juga mendeskripsikan masyarakat yang berbeda disetiap kotanya. KEREN! wajip nonton ;)

Edukasinya sih jelas banyak. karena ada yang menceritakan tentang dahsyatnya HIV AIDS, Pelacuran, hamil diluar nikah, seks bebas. one thing : packaging film ini memang Indonesia banget. tiap scene digambarkan "pas" dengan lokasi ditiap daerah.

trailer Perempuan Punya Cerita




Ke-Tiga : TETRALOGI LASKAR PELANGI - LASKAR PELANGI

Source : wikipedia :
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

  1. Ikal aka Andre Hirata
  2. Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
  3. Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
  4. Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
  5. A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman
  6. Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz
  7. Kucai; Mukharam Kucai Khairani
  8. Borek aka Samson
  9. Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari
  10. Harun; Harun Ardhli Ramadan bin Syamsul Hazana Ramadan

scene : Lomba antar sekolah di Bangka Belitung.

scene ini, melepas perpisahan teman - temannya dengan Lintang. karena Lintang harus putus sekolah. padahal dia murid paling pandai.


actually masih banyak film lain seperti Arisan, Berbagi Suami, hingga Garuda di Dadaku. tapi kalau mau ulasannya lebih banyak, mari nge-googling :) hehehehe

semoga bermanfaat buat semua dan film Indonesia kini "content" ceritanya mulai menurun. banyak faktor sih sebenarnya, tapi salah satunya.... film Indonesia lebih mikir untuk industri bukannya kreatifitas! (ish! TAJAM! setajam singlet.. hahaha)

ok guys..thanks for attention.. see u then ;)
X.O.X.O

Winnie The Pooh Glitter
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Template by:

Free Blog Templates