Sabtu, 16 November 2013

Tugas Jurnalistik - FEATURE

Nama         : Rica Purnama Sari
NPM          : 18611369
Kelas        : 3SA02


Melewati sebuah perjuangan
“ AMALIAH TADRIS ”

Malam hari yang sunyi, tiba - tiba di gemparkan oleh kamar nihaiyah yang seolah - olah telah menjadi Pasar. Ternyata, disaat itu ada pengumuman pembagian kelompok Amaliah Tadris – Sebuah kata dari bahasa arab yang artinya Praktek Mengajar. Amaliah Tadris termasuk salah satu dari sebuah syarat kelulusan santriwan – santriwati Pondok Pesantren Modern Al- Mizan.                              
Semua penghuni kamar itu sibuk melihat pengumuman tersebut. dan ternyata aku menjadi bagian dari kelompok VIII yang beranggotakan: Aku, Elia, Titimah, Selvia, Rif’ah, Anto, Arief, Asep, Fikar, Riza, Syaidina. “ aku mampu ga yah melewatinya ?”, terlintas dalam benakku. Untungnya, Sebelum pelaksanaan Amaliah Tadris dilaksanakan, akan ada pengarahan Amaliah Tadris oleh Pimpinan Pondok Pesantren - Ust.Drs.KH. Anang Azhari Alie, M.pd.I.
Rabu (16/3), Dilaksankannya   Pengarahan Amaliah Tadris. Bapak Pimpinan Pondok telah menjelaskan bagaimana Amaliah Tadris itu, dan ia berkata “ Bukan berarti orang pintar itu professional bisa jadi orang yang biasa bisa lebih professional karena persiapan yang sering dilakukannya”. Aku termotivasi setelah mendengar hal tersebut.


Menjadi siswa-siswi kelas akhir di Pondok itu sangat berat ujiannya, banyak sekali rintangan dan perjuangan yang harus aku lewati, misalnya AMALIAH TADRIS yang satu ini.
                                              
 Tiba waktunya Mata pelajaran dan ruang kelas dibagikan, Pada saat itu aku sangat berharap mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris karena aku menyukainya dan menurutku mudah untuk menjalani Amaliah Tadris tapi, nyatanya tidak aku mendapatkan pelajaran yang tidak kusukai yaitu Mahfudzot (pelajaran dalam bahasa arab) untuk kelas 2 SMP.
        Dalam tiga hari diberi waktu untuk mempersiapkannya, dengan kalimat basmallah aku mulai dengan pembuatan referensi persiapan Amaliah Tadris sebut saja I’dad. Hari pertama Pulpenku sudah menari-nari diatas kertas dan selama berjam-jam memutar otak kiriku untuk berfikir hingga aku lelah, dan akan ku lanjutkan lagi esok harinya.
Udara pagi itu sangat sejuk membuat otakku fresh kembali dan membuat pulpenku menari -nari lagi diatas kertas sampai I’dad selesai. Kemudian segera mungkin aku pergi ke ustadz pembimbing menyerahkan I’dad untuk di koreksi. “I’dad ini akan ustad koreksi dulu yah, tunggu sampai bada magrib”,ujarnya. Aku mengambil keputusan dengan menggunakan waktu sebaik mungkin dengan latihan mengajar sendiri di kamar atau di kelas. Waktu seakan berputar lebih cepat sampai akhirnya, adzan magrib dikumandangkan, aku bergegas tuk pergi sholat  dan mengaji di masjid. Setelah semua sudah selesai. aku segera mengambil I’dad di pembimbing. Ketika I’dad sudah di tanganku kembali ternyata banyak yang harus ku revisi.

“Tak punya banyak waktu lagi dan harus di selesaikan”, dengan menghela nafas yang panjang.
Waktu tinggal sehari lagi, Alhamdulillah I’dad  sudah jadi dan latihan demi latihan sudah ku jalani hingga matahari tenggelam. Malam itu terasa lebih lama dari sebelumnya, mungkin karena esok hari aku akan berperang melawan rasa kegugupanku saat aku menjadi seorang guru.
Matahari sudah menampakkan dirinya, menandakan bahwa tepatnya Rabu, 23 Maret 2011 praktek mengajarku tiba. Aku bersiap-siap merapihkan diri, kemudian mempersiapkan sesuatu untuk mengajar yaitu I’dad  dan peralatan lainnya.
Semua anggota kelompok dan pembimbingku sudah menungguku dikelas untuk melihat cara aku mengajar sebagai seorang guru. Perasaanku masih saja dag-dig-dug, jantung terasa lebih cepat berdetak dan darahpun mengalir lebih cepat dari sebelumnya. Akhirnya dengan mengucapkan kalimat basmalah. Aku segera masuk ke kelas dan mulai mengajar. Ketika itu perasaanku mulai tenang dan percaya diri dalam mengajar pelajaran mahfudzot terasa seakan lebih mudah daripada sebelumnya walaupun masih sedikit gugup.

Detik demi detik, menit demi  menit hingga satu jam pun berlalu, akhirnya selesai sudah Amaliah Tadrisku. Kemudian aku keluar kelas tetapi menangis antara sedih dan bahagia. Sedih karena ada salah satu metode pengajaran yang terlupakan dan rasanya kuulang sekali lagi Amaliah Tadris itu tapi, yang lalu biarlah berlalu. Dan bahagianya yaitu aku sudah berhasil melewati salah satu syarat kelulusan yang membuat bibirku ini tersungging J.
 Evaluasi pengajaran telah di mulai di Tribun. Koreksian demi koreksian dari teman sekelompok dan pembimbing, ku dengarkan dengan baik agar bisa memperbaikinya di hari nanti ketika aku menjadi seorang Guru sesungguhnya. Sesudah evaluasi, Aku mendokumentasikan amaliah ini dengan mengabadikan  kebersamaan. Alhamdulillah, Aku berhasil melewati sebuah perjuangan ini J .





0 comments:

Posting Komentar

Winnie The Pooh Glitter
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Template by:

Free Blog Templates