Rabu, 18 Juni 2014

# 22 Semoga semuanya hanya mimpi buruk saja


         Ketika aku membuka mata hari sudah pagi dan aku mendengar sesosok orang yang sangat kucintai disampingku sambil merintih kesakitan.
"ibu, kenapa? Masih sakit? Sambil mengucek mata dan berusaha bangkit dari tempat tidur. "ibu masih sakit ka, ibu lemes,” Muka ibu pucat sekali. “ Ka anter ibu ke dokter sekarang yah,”.  "iya bu" kataku sambil bergegas bangun untuk membereskan rumah.
Cucian sudahku rendam, sarapan telah ku siapkan. Tiba-tiba terdenar suara ibu memanggilku lemas karena tak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Segera aku berangkat mengantar ibu ke rumah sakit. Untungnya uts hari ini dapat jam sore jadi aku bisa mengantar ibu. Telah siap berpakaian, mengambil kunci motor, dan bergegas menuju stasiun, setelah sampai akan ku titipikan di parkiran kemudian mencari angkot agar lebih mudah menuju rumah sakit tersebut. Aku dan ibu menaiki angkot, disepanjang perjalanan difikiranku hanya tertuju pada ibu.  
Akhirnya sampai, turun dari angkot kita terus berjalan, aku harap rumah sakitnya tidak terlalu jauh.  Aku dan ibu terus mencari rumah sakit itu, karena ibu sudah lemas tak kuat lagi berjalan, bertanya lebih baik dari pada tersesat dan terlewat rumah sakitnya. Dan ternyata benar aku dan ibu berjalan sudah cukup jauh dari rumah sakit itu. kita berbalik arah dan berjalan terus ke rumah sakit itu dan kita menemukannya. “ Alhamdulillah,” ucapku sambil berjalan menggandeng ibu masuk ke dalam rumah sakit itu.
“ selamat pagi bu, ada yang bisa kami bantu?” “ iya mba, ibu saya ingin berobat.”
“ okay isi dulu formulirnya yah, mba ,” senyum ramah ucapannya. “ iya”. Ucapku    singkat.  Resepsionist menyuruh kita duduk untuk menunggu antrian. Selama menunggu antrian, terlihat sekali wajah ibu semakin pucat. Rasa gelisah, khawatir, sedih, semua yang kurasakan saat itu. Hampir satu jam menunggu tapi belum dipanggil juga.
Beberapa kemudian nama ibu di panggil suster. Di tanya keluhannya apa, dari kapan, dan ditensi darah. Setelah itu ibu disuruh menunggu lagi. Sabar sekali kita menunggu tak sabar ingin bertemu dokter untuk memeriksa ibuku. 15 mnit berlalu nama ibu di panggil lagi untuk bertemu dokter. Berjalan perlahan-lahan sambil menggandeng ibu menuju ruang dokter.
Aku hanya menunggu diluar ruangan saja, tetapi suster menyuruhku untuk masuk menemani ibu.  Aku sangka tidak boleh ikut setelah berada didalam ruangan, perasaanku bercampur aduk dan hanya berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan ibuku. Dokter sudah mengajukan pertanyaan ke ibu.
" Ibu sudah berapa lama merasa sakit seperti ini ?,”
 “hampir  tiga mingguan dok  darah saya tak brhnti dok" . Wajah cemas ibu sangat trlihat olehku. Aku hanya berdiam diri disamping ibu. Dokter itu segera memeriksa ibu, "sekarang ibu berbaring yah",  suster mempersiapkan alat-alat untuk meronsen ibu dan mengoleskan gel-gel ditubuh ibu. Dokter mulai meronsen tubuh ibu namun sulit sekali terlihat karena kurangnya air mineral dalam tubuh ibu. Akhirnya dokter memberi pilihan untuk skanning agar terlihat hasilnya.  Saat dokter memeriksa ibu, hatiku sangat tak karuan melihat ibu seperti itu lemas berbaring. Saat pemeriksaan selesai. Kemudian dokter bertanya kepadaku.
“ kamu anaknya yah ?,” “ iya dok,” jawabku dengan spontan.
“ dhe, saya mendiagnosa kalau ibumu terkena penyakit kanker serviks,” ucapnya yang membuat tubuhku bergetar, jantungku berdegup kencang, air mata membasahi pipi.
“ Ya allah, tak sanggup aku mendengar semua itu, sakit sekali hati ini mendengar ucapannya, Lindungilah ibuku ya allah, “ doaku dalam hati. Tak bisa berkata apapun, hanya berdiri mematung dan menatap ibu sambil menahan air mata agar tak terjatuh depan ibu.
“ Dok, apa yang saya lakukan,” sambil gemetar tubuh ibu berbicara kepada dokter.
“ Ibu harus kerumah sakit yang lebih besar karena disini belum bisa menanganinya, saya akan rujukan ibu ke rumah sakit tersebut yah”. Ibu  hanya menganggukan kepala dan mengambil resep dari dokter. Keluar dari ruangan, ingin sekali ku berteriak “ Ya allah kenapa ini bisa terjadi kepada ibuku, Kuatkanlah ibuku,” semakin pecah tangisku tetapi tak boleh terlihat oleh ibu.
Ibu kembali duduk terlihat lemas saat mengetahui diagnosa dokter. Aku menebus obat kemudian membayarnya dikasir, kemudian pulang. Di perjalanan aku melihat wajah ibu lemas , pucat terlihat sekali kalau fikiran dan hati ibu tidak tenang. Aku bisa merasakan semua yang ibu rasakan saat  ini. Semoga diagnosa itu salah, aku sangat yakin .

0 comments:

Posting Komentar

Winnie The Pooh Glitter
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Template by:

Free Blog Templates