Rabu, 18 Juni 2014

#23 Amaliah tadris



Malam hari yang sunyi, tiba- tiba di gemparkan oleh kamar nihaiyah yang seolah- olah menjadi Pasar. Ternyata, disaat itu ada pengumuman pembagian kelompok amaliah tadris – sebuah kata dari bahasa arab yang artinya praktek mengajar. Amaliah Tadris termasuk salah satu dari sebuah syarat kelulusan santri – santri Pondok Pesantren Al-mizan. 

Semua penghuni kamar itu sibuk melihat pengumuman tersebut. Akhirnya aku menjadi bagian dari kelompok VIII yang beranggotakan: Aku, Elia, Titimah, Selvia, Rif’ah, Anto, Arief, Asep, Fikar, Riza, Syaidina. “ aku mampu tidak yah ?”, terlintas dalam benakku. Untungnya, Sebelum pelaksanaan Amaliah Tadris dilaksanakan, akan ada pengarahan Amaliah Tadris dari Pimpinan Pondok Pesantren - Ust.Drs.KH. Anang Azhari Alie, M.pd.I.

Rabu (16/3), Dilaksankannya Pengarahan Amaliah Tadris. Bapak Pimpinan Pondok telah menjelaskan bagaimana amaliah tadris itu, dan ia berkata “ Bukan berarti orang pintar itu professional bisa jadi orang yang biasa bisa lebih professional karena persiapan yang sering dilakukannya”. Aku menjadi semangat mendengar hal tersebut. Pembagian mata pelajaran dan kelas dibagikan, saat itu aku sangat berharap mendapatkan pelajaran bahasa inggris karena pelajaran tersebut yang aku sukai dan pastinya mudah untuk mengajarkannya kepada orang lain tapi nyatanya tidak, aku mendapatkan pelajaran yang paling aku tidak suka yaitu- Mahfudzot  ( pelajaran dalam bahasa arab) untuk kelas 2 SMP.

Dalam tiga hari diberi waktu untuk mempersiapkannya, dengan kalimat basmallah aku mulai dengan pembuatan referensi persiapan amaliah sebut saja I’dad. Hari pertama Pulpenku sudah menari-nari diatas kertas selama berjam-jam, memutar otak kiriku untuk berfikir hingga aku lelah, dan akan ku lanjutkan lagi esok harinya.

Udara pagi itu sangat sejuk membuat otakku fresh kembali dan mulai membuat pulpenku menari-nari di kertas sampai I’dad itu selesai. Ketika, I’dad itu sudah selesai segera mungkin aku pergi ke pembimbing menyerahkan makalah tersebut untuk di koreksi. “I’dad ini akan ustad koreksi dulu yah, tunggu sampai bada magrib ”, ujarnya. Aku mengambil keputusan dengan menggunakan waktu sebaik mungkin dengan latihan mengajar sendiri di kamar atau di kelas. Waktu seakan berputar lebih cepat sampai akhirnya adzan magrib dikumandangkan, aku bergegas tuk pergi sholat jamaah di masjid. Beberapa menit kemudian setelah pengajian selesai, aku segera mengambil makalah amaliahku. Ketika makalah itu sudah di tanganku kembali ternyata banyak yang harus direvisi ulang. “Tak punya banyak waktu lagi dan harus di selesaikan”, dengan menghela nafas yang panjang. 
 
Waktu tinggal sehari lagi, Alhamdulillah I’dad  sudah jadi dan latihan demi latihan sudah ku jalani hingga matahari tenggelam. Malam itu terasa lebih lama dari sebelumnya, mungkin karena esok hari aku akan berperang melawan rasa kegugupanku saat aku menjadi seorang guru. Matahari sudah menampakkan dirinya, menandakan bahwa tepatnya Rabu, 23 Maret 2011 praktek mengajarku tiba. Aku bersiap-siap merapihkan diri, kemudian mempersiapkan sesuatu untuk mengajar yaitu I’dad dan peralatan tulis lainnya.
 
Semua anggota kelompok dan pembimbingku sudah menungguku dikelas untuk melihat cara aku mengajar sebagai seorang guru. Perasaanku masih saja dag-dig-dug, jantung terasa lebih cepat berdetak daripada sebelumnya. Akhinrya dengan mengucapkan kata basmalah “bismillahirrohmannirahim ” aku segera masuk ke kelas dan mulai mengajar. Ketika itu perasaanku mulai tenang dan percayadiri dalam mengajar pelajaran mahfudzot terasa seakan lebih mudah daripada sebelumnya walaupun masih sedikit grogi.
Detik demi detik, menit demi menit hingga 1 jam berlalu, akhirnya selesai sudah praktek mengajarku. Alhamdulillah, ucap syukurku kepada Allah SWT. Walaupun tidak terlalu senang karena ada satu metode yang terlupakan membuatku menagis.

 Rasanya sedih inginku ulang lagi saat- saat tadi, tapi yang lalu biarlah berlalu. Hal terpenting yaitu aku sudah melewati salah satu syarat kelulusanku yang membuatku tersenyum bahagia. Evaluasi pengajaran di mulai di Tribun. Koreksian demi koreksian dari teman sekelompok dan pembimbing, ku dengarkan dengan baik agar bisa memperbaikinya di hari nanti ketika aku menjadi seorang Guru yang sesungguhnya. Sesudah evaluasi, aku mendokumentasikan amaliah ini dengan berfoto bareng teman sekelompok dan pembimbing.
    

     Kemudian, aku mentraktir teman sekelompok di Warleskarena membagi kebahagiaan dengan orang lain itu menyenangkan. Man Jadda Wajada ( Barang siapa yang bersungguh – sungguh maka berhasilah ia) akan selalu menjadi motivasik. Kalian harus bisa.




0 comments:

Posting Komentar

Winnie The Pooh Glitter
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-8/too748.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Template by:

Free Blog Templates